News update:

HIPOTESIS: Asal Mula Rumah Adat Mamasa

Rabu, 25 Januari 2012

Pada mulanya bentuk rumah tradisional Mamasa tidak berbeda dengan bentuk rumah Tabulahan. Sama halnya seperti rumah-rumah di wilayah Pitu Ulunna Salu yang kebanyakan berlapiskan dedaunan, khususnya pada bagian atap. (Figure 1)


Mulanya ada keinginan untuk mendapatkan pelataran rumah yang lebih teduh, lebih terlindungi dari matahari dan hujan. Maka timbullah ide untuk mengekstensi/memperpanjang atap rumah di bagian depan dan belakang. Saat atap rumah diperpanjang diletakkan tiang penopang untuk menyanggah atap ekstensi agar tidak jatuh. (Figure 2)

Figure 2. Fase Ekstensi untuk Bagian Pelataran

Atap rumah melengkung. Pada fase ini ada 2 kemungkinan :
  • faktor kebetulan, dimana tiang penopang lebih tinggi daripada tinggi atap. Sehingga atap rumah yang harusnya mendatar jadi melengkung
  • faktor kesengajaan. Ada pemikiran untuk menaikkan atap rumah secara vertikal dengan tiang penopang lebih panjang dari atap, untuk mendapatkan view lebih maksimal, juga pencahayaan lebih agar pelataran lebih terang.

Diberikan palang pada posisi mendekati ujung atap agar atap rumah tetap pada posisi terbuka, tidak mengatup.(Figure 3)

Figure 3. Atap Rumah Melengkung ke Atas

Pada tahap akhir, atap sedikit lebih dinaikkan, agar penghuni bisa memandang keluar dengan lebih leluasa dan lebih cukup penerangan. Pada ruas atap tepi kiri-kanan setelah melalui proses modifikasi, mengalami pematahan. Dengan pematahan ini bentuk rumah mengalami penyempurnaan, dimana pada ruas kiri-kanan diperlebar. Pada bagian pelataran sedikit mengecil ke depan. Kuda-kuda memanjang dan condong ke depan untuk membantu menopang atap. Tiang penopang diperkuat pada bagian pelataran yaitu 2 tiang penopang, masing-masing dilengkapi palang plus penopang tambahan samping kiri-kanan-depan sehingga lebih kuat untuk menopang atap. Bagian serambi lebih panjang mengikuti atap.(Figure 4)

Figure 4. Tahap Penyempurnaan

Dan pada tahap selanjutnya atap rumah sudah berlapiskan kayu. Pada formasi inilah kemudian rumah adat ini menjadi Banua Sura’ dan Banua Layuk. Demikianlah rumah adat Mamasa mengalami penyempurnaan. Rumah yang lebih nyaman dan teduh.
Figure 5. Banua Mamase
Tambahan : untuk struktur atap yang lengkap biasanya lebih diutamakan atap bagian depan, hal ini juga berkaitan dengan filosofi tradisional. Sedang bagian belakang tidak begitu diutamakan, hanya sebagai pelengkap atau penyeimbang.

Dua hal yang menjadi dasar mengapa penulis mempunyai hipotesis semacam ini. Pertama, hingga saat ini, masih ada rumah gaya Tabulahan di Mamasa, baik rumah tradisional beratapkan dedaunan maupun rumah kontemporer (Banua Batu). Kedua, bila diamati secara seksama struktur rumah adat Mamasa pada dasarnya tidak berbeda dengan bentuk rumah Pitu Ulunna Salu pada umumnya, walaupun bentuk atapnya melengkung seperti perahu.

Ditulis oleh : Ali Badri

Share this Article on :
 

© Copyright Berita Mamasa 2011 | Design by Mamasa Cyber News | Published by Mamasa Cyber News 2012 | Powered by MCN 2012.