News update:

Pemprov Belum Tahu Kaburnya Transmigran dari Mamasa

Sabtu, 07 Januari 2012



MAMASA —(MAMASA CYBER NEWS)  Kasus kaburnya dua transmigrasi asal Jatim yakni Suparno dan Lastriani dari lokasi transmigrasi di Kabupaten Mamasa Sulbar dan terlantar di pelabuhan Parepare, ternyata belum diketahui Pemprov Sulbar.

Kepala Biro Pemerintahan Pemprov Sulawesi Barat Khaeruddin kepada wartawan, Selasa kemarin mengatakan hingga saat ini belum ada laporan resmi mengenai henkangnya sejumlah transmigrasi asal Jawa Timur. “Belum ada laporan terkait masalah itu,” katanya saat dihubungi Selasa 3 Januari kemarin.

Namun kata Khaeruddin permasalahan yang terjadi tidak seperti yang diutarakan para transmigrasi, yang memilih pulang ke kampung halaman. Mereka menjual sarana prasarana yang telah diberikan pemerintah untuk kembali ke kampung asal.”Permasalahan seperti itu hampir semua terjadi pada transmigrasi, karena mereka tidak betah dengan kondisi di tempat baru itu,”kata Khaeruddin. 

Setelah ada perdaftaran lain untuk transmigrasi di daerah asalnya menurut Khaeruddin para transmigran yang dulu kabur kembali mendaftar.”Ini yang dinamakan transmigrasi kutu loncat dan ini sulit untuk dideteksi,” ungkapnya.Khaeruddin menjelaskan, para transmigrasi tidak betah tinggal di areal transmigrasi, karena fasilitas yang dimiliki lokasi transmigrasi seperti jalan masih dalam rintisan.

Begitu juga dengan fasiltas lain.”Kan ini pengerjaannya dilakukan secara bertahap,”jelasnya.Ia membantah adanya warga lokal mengokupasi perumahan, yang semestinya menjadi milik transmigran. Tetapi warga transmigrasi yang tidak betah bermukim di areal transmigrasi, justru menjual lahan dan perumahan seharga Rp 7-8 juta perkapling kepada warga lokal. “Disanakan ada Unit Pelaksana Transmigrasi ( UPT), jadi tidak mungkin warga lokal merebut lahan dan perumahan dengan seenaknya.Toh kalau ada UPT pasti melaporkan,”kata Khaeruddin. 

Begitu juga jika warga transmigrasi hendak keluar dari areal dalam jumlah banyak tentu terpantau oleh UPT.”Setiap ada transmigrasi dari luar, warga lokal juga diikutsertakan,” katanya. Khaeruddin menambahkan, setiap transmigrasi selain dibagikan lahan dan perumahan, juga perabot rumah serta bibit tanaman. Transmigran juga diberikan jatah untuk hidup (jadup) selama melakukan perintisan lahan dari tiga bulan hingga enam bulan ke depan, sampai betul-betul mandiri.Sementara Sekretaris Kabupaten Mamasa Benhard Buntu Sibojong yang dikonfirmasi melalui selulernya tidak berhasil, karena hand phone yang biasa dipakai tidak aktif.


Sumber : pare pos
Share this Article on :
 

© Copyright Berita Mamasa 2011 | Design by Mamasa Cyber News | Published by Mamasa Cyber News 2012 | Powered by MCN 2012.