News update:

Kisah Orang Mati Berjalan di Mamasa

Sabtu, 26 November 2011

Gbr dari google
MAMASA  — (MAMASA CYBER NEWS)  Saya berkesempatan minggu ini (Mei 2010) selama tiga hari ke suatu daerah pegunungan yaitu Mamasa, sebuah kabupaten baru di Sulawesi Barat dengan ibukota Mamasa. Perjalanan yang ditempuh hampir 14 jam ke sana akibat bus Mabuliling yang saya tumpangi rusak dua kali membuat perjalanan menjadi lama dan melelahkan. Tetapi tidak dapat dipungkiri dalam sepanjang perjalanan saya kagum dengan keindahan Sulawesi. Bahkan menanam padi seperti teras-teras di Bali yang dijadikan obyek wisata di sana, juga ada di Mamasa. Alam Sulawesi membuat kita berdecak kagum dan kehebatan petani yang menanam padi menjadikan Sulawesi Selatan dan Barat menjadi lumbung padi nasional. Ini kesempatan saya berterima kasih kepada Tuhan, karena petani ini yang memberi makan kita semua.
Tiba di Mamasa sudah malam membuat saya hanya sempat makan, berbicara sebentar dengan tuan rumah, lalu tertidur lelap dan tidak ada yang dapat disaksikan.
Di hari kedua, ketika bangun pagi, saya sungguh kagum akan keindahan kota yang ada di lembah dan suasana yang sejuk sekali. Hari itu rasanya dilalui tanpa polusi perkotaan.
Sore hari saya sempat bertemu dengan Kepala Dinas Pariwisata setempat dan berbincang mengenai pariwisata. Memang mempromosikan pariwisata di sini sulit karena akses jalan ke Mamasa termasuk berat apalagi masih banyak yang rusak. Memang melihat jalan yang rusak ini, wisatawan yang cocok datang adalah wisatawan yang suka petualangan (adventure). Walaupun parah jalannya, namun ada banyak keindahan Mamasa yang sangat layak dilihat yaitu rumah tradisional, yang mirip Toraja, juga air terjun serta air panasnya. Belum lagi tenunan dan tariannya yang lumayan. Ada hotel juga di kota kecil ini, di mana saya sendiri belum pernah menggunakannya, karena saya menginap di tuan rumah yang mengundang saya. Tentunya penduduk sangat senang menerima tamu untuk menginap, bila kita berwisata petualangan. Itulah kermahtamahan orang Sulawesi, walaupun baru kenal, kia akan bisa diterima dengan baik di rumahnya dengan jamuan dan istirahat yang memadai (kalau tidak mau dikatakan sederhana). Yang menarik tanpa memandang suku dan agama apa! Dan pasti hemat ongkos, tentunya!
Dan ada cerita menarik soal tradisi orang mati berjalan di Mamasa. Menurut tua-tua yang saya ajak bicara sampai larut malam, mereka mengatakan sebenarnya kemampuan membuat mayat berjalan itu masih ada yang bisa melakukannya sampai hari ini. Antara percaya dan tidak, namun saya menyimak saja. Biasanya penduduk suka berkebun sampai sangat jauh dari rumah mereka. Bila mati di tempat yang jauh, adalah adat mereka untuk menguburkannya di desa mereka tinggal. Untuk mengangkat mayat tidak mudah karena daerah pegunungan dan daerah setapak. Maka satu-satunya jalan untuk mencapai desa adalah membuat orang yang sudah mati berjalan. Hanya satu syaratnya, tidak boleh disapa sehingga tidak bisa dibangkitkan lagi. Biasanya pawang mayat sudah berjalan di depan agar yang berpapasan tidak menyapa.
Hari semakin larut, namun cerita semakin magis saja karena tua-tua mulai mengisahkan kesaksiannya berjumpa dengan orang mati yang berjalan. Akhirnya ketika benar kantuk ini tak tertahankan, saya pun pamit tidur dengan suasana kewaspadaan karena cerita-cerita magis itu. Cerita yang dikembangkan dari mulut ke mulut, sangat asyik didengar di waktu malam sambil menyeruput teh dan penganan manis ala Mamasa. Itulah yang membuat Mamasa menjadi unik. Rasanya tidak pas kalau tidak sempat datang ke Mamasa, daerah yang menyimpan banyak keindahan dan kisah magis di baliknya. Anda tertantang datang?

Penulis : Daniel Ronda


Share this Article on :
 

© Copyright Berita Mamasa 2011 | Design by Mamasa Cyber News | Published by Mamasa Cyber News 2012 | Powered by MCN 2012.