News update:

Indahnya Mamasa

Minggu, 11 Desember 2011


MAMASA — (MAMASA CYBER NEWS) Mamasa adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Barat, ibu kotakabupaten ini terletak di Kota Mamasa, sekitar 340 km dari Kota Makassar atau dapat ditempuh sekitar 10 jam dengan menggunakan jalan darat.  Kota ini dapat ditempuh sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil dari kota Pare-Pare, pusat kawasan pengembangan ekonomi terpadu di propinsi Sulawesi Selatan sekitar 190 km.

Kabupaten Mamasa yang mempunyai ketinggian ± 1000 m di atas permukaan air laut dikelilingi atau berbatasan langsung dengan beberapa daerah, bagian utara berbatasan dengan kabupaten mamaju, bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Polewali Mandar, bagian barat berbatasan  dengan kabupaten mamuju dan bagian timur berbatasan dengan kabupaten tana Toraja dan kabupaten pinrang.

Jarak dari ibukota Kab. Mamasa ke ibukota provinsi Sulbar (Mamuju)yang melewati Kab. Polewali Mandar dan Kab. Majene berjarak 286 Km sedangkan jika melewati Kec. Mambi, Aralle, Tabulahan dan Salubatu Kab. Mamuju berjarak 148 Km dan jarak ke kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 340 Km.

Sangat di sayangkan Rumah Asli adat Mamasa banyak yang tidak mendapatkan perawatan bahkan ada beberapa Rumah adat yang sudah direnovasi sehingga keasliannya tidak lagi dipertahankan. Sebenarnya rumah adat ini tidak menggunakan Paku sedikitpun namun oleh karna perkembangan sehingga ada beberapa rumah yang sudah menggunakan atap seng.

Pasar di Mamasa



Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat akan membangun pasar di Kabupaten Mamasa dengan anggaran sekitar Rp20 miliar di tahun 2012.

Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Selasa mengatakan, pembangunan pasar di Mamasa itu akan mengandalkan anggaran dari pemerintah pusat melalui APBN tahun 2011.

"Pembangunan pasar Mamasa telah mendapat persetujuan dari pemerintah pusat untuk dianggarkan di tahun 2012 melalui APBN melalui persetujuan komisi VI DPR-RI,"katanya.

Menurut dia, untuk lahannya pemerintah di Sulbar telah menyediakan melalui jasa seorang pengusaha dari Bali yang juga putra daerah di Sulbar yakni Zaenal Tayeb.

"Pengusaha terbesar di Bali Zaenal Tayeb menghibahkan lahannya untuk membangun pasar di Mamasa sekitar empat hektar," katanya.

Ia berharap dengan akan dibangunnya pasar di Mamasa tidak akan lagi membuat masyarakat Mamasa menjadi kesulitan dalam melakukan transaksi ekonomi dan akan lancar dalam melakukan aktivitas ekonominya.

"Selama ini masyarakat Mamasa tidak memiliki pasar dalam memacu roda ekonominya dan memenuhi kebutuhan masyarakatnya," katanya menambahkan.

Pertanian di Mamasa


Penduduk Mamasa sebagian besar bergerak di sektor pertanian, karena jika di lihat dari kondisi gografis Mamasa memang sangat ber potensi untuk dijadikan sebagai daerah sector pertanian. Dalam perjalananya daerah ini sudah digarap oleh petani-petani secara berkala  salah satu daerah yang cukup potensial untuk bisa dimanfatkan sebagai jantung kethanan pangan kota Mamasa adalah daerah Sumarorong , karena berbagai macam tanaman-tanaman bisa hidup di Sumarorong , misalkan tanaman Kopi, Cokelat, Jagung, kakao, dan tanaman lainya. Dalam mengelola lahan pertanian  mereka masyarakat Sumarorong  masi mengandalkan  tenaga manual, sehingga bentuk-bentuk pertumbuhan dibidang pertanian belum begitu muncul di masayarakat luas.

Seiring dengan berkembangnya jaman daerah ini sudah mulai tersentuh dengan berbagai macam pengaruh globalisasi baik itu dalam bentuk tehknologi, pengetahuan, dan lainya. Sehingga masyarakat disini pun merasa telah menyambut hidup baru, ketika diperhadapkan dengan perkembangan-perkembangan yang begitu “agresif”  yang mampu merubah polah hidup pertanian masyarakat Sumarorong dalam waktu yang relative singkat. Kebiasaan-kebiasaan petani dalam mengelolah lahan pertanian pun sudah mulai terpola ke ranah modern. Begitu banyaknya hal yang baru masuk ke daerah ini seolah-olah telah merubah paradigma yang telah lama tertanam dalam masyarakat Sumarorong. Kini masyarakat di daerah ini dengan perlahan mulai melakoni lirik baru yang ditawarkan oleh perkembangan tehknologi. Kebiasaan-kebiasaan mengelolah lahan pertanian yang dulunya mengunakan tenaga manusia, dengan basis gotong royong kini mulai berubah dengan mengunakan tenaga mesin yang system kerjanya sangat cepat.

Dengan secara kasat mata jika dilihat dari sisi kebudayaan memang ada nilai-nilai yang hilang dalm perkembangan ini, nilai yang dimaksudkan adalah nilai kekeluargaan, solidaritas, kebersamaan, namun hal ini seolah-olah bukanlah menjadi masalah. Solidaritas, kekeluargaan, kebersamaan yang dimaksudkan di atas adalah, kebiasaan awal yag dilakukan petani sebelum tersentuh dengan budaya tehknologi, yaitu kebiasaan gotong royong masayarakat Sumarorong dalam mengolah lahan pertanian, kini telah terkikis dengan hadirnya mesin-mesin pertanian yang sistem kerjanya sangat singkat.

Tetapi di sisi lain dengan hadirnya tehknologi di bidang pertanian, justru menghidupkan pertumbuhan ekonomi yang cukup memuaskan. Hal ini bisa penulis lihat dari pemasaran hasil pertanian di Sumarorong. Awalnya hasil-hasil pertanian sebelum tersentuh ,oleh alat-alat tehknologi hanya dipasrkan di dalam daerah Mamasa itupun hasil pertanian  dan daerah tetangga seperti Pol-Man (Polewali Mandar) itupun sangat terbatas, nah setelah masuknya alat-alat tehknologi di Sumarorong daerah ini sudah mulai melangka kedepan untuk memasarkan hasil pertanianya di tingkat Kota besar seperti Makasar.




Share this Article on :
 

© Copyright Berita Mamasa 2011 | Design by Mamasa Cyber News | Published by Mamasa Cyber News 2012 | Powered by MCN 2012.